Rabu, 18 Juli 2007

Menonton Film Heroes... Kelemahan Menjadi Kekuatan

Hai apa kabar? Ni saya lagi ngurusin skripsi... lagi kejar tayang. Tanggung ni da ampe bab 4.... tenggat waktunya juga dah mulai mendekat.... wah... pusing ini. Eh...em... bicara skripsi distop dulu ya? Klo dibicarain malah setres. Mendingan bicara yang lain... hitung-hitung refreshing otak lah yaw.

Baru-baru ini, saya nonton DVD film barat series. Judulnya Heroes. Ni film seru banget. Saking serunya saya sama kakakku yang tadinya nonton jam 10-an jadi nonton ampe mendekati subuh. Gila kan?

Mau tahu apa sih serunya tu film? Daya tarik film ini yang kuat itu bukan pada aksinya tapi daya dramatiknya, ceritanya, dan akting pemain filmnya. Pokoke kita itu jadi kepingin tahu episode lanjutannya. Terus menerus... jadi teringat buku Harry Potter... saya klo baca bukunya kepengen terus...terusss... istilah seorang sahabat, jadi tersihir gitu... Nah klo di film... mungkin kena kekuatan misterius dari salah seorang hero...

Apa sih ceritanya? Ceritanya sih, tentang kejadian-kejadian sebelum seseorang menjadi hero sampai menjadi hero yang sesungguhnya. Selama ini kita melihat hero yang langsung jadi kemudian beraksi, semisal Spiderman, Batman, X-Men, dan lain-lain. Memang ada juga yang cerita kejadian sebelum jadi superhero tapi biasanya ga detil. Nah di Heroes, kejadian itu dijelasin detil, berikut konfliknya. Klo boleh bilang ceritanya itu lebih mirip film X-Files cuman kebanyakan tokoh-tokoh X-Files yang punya kekuatan itu biasanya kriminal.

Yang menarik, bahwa yang memiliki superpower itu ga cuman satu dua orang tapi ada banyak, malah jutaan. Dan dari setiap orang memiliki setiap keunikan superpower-nya. Kekuatan superpower-nya sendiri ga seperti film kayak Spiderman ato X-Men, di Heroes ada yang bisa terbang tapi ga bisa berantem cuman bisa terbang doang, ada pula yang cuman bisa inget segala macam tapi ga bisa dipake buat berantem. Nah lo. Ternyata superpower itu ga selalu hebat ototnya ya?

BTW, setiap kali nonton filem Heroes saya selalu berdebat dengan kakakku. Misalnya sih saat ada tokoh film yang masih belum ketahuan apa power-nya. Saya ngomong ma kakak, “ah.. ini pasti kekuatannya ini loh....”, jawab kakak, “gak lagi, kan tadi dia lakuin ini...” ato yang ini pas ada tokoh baru, “hmm... kayaknya itu orang bukan villain deh. Masak gini.... “, “kayaknya gitu deh. Pasti....”. Dan seterusnya. Tak jarang saking serunya berdebat, pake di-pause tu film.

Hehe..he... kapan lagi ada film yang bisa bikin debat segala itu. Well yang mau dikatakan disini adalah serunya nonton klo lagi rame-rame ketimbang sendirian. Pernah kok nonton film Spiderman 3 di bioskop sendirian. Tuh film emang bagus tapi kok kayak ada yang kurang yah. Ga bisa debatan. Lebih enak nonton rame-rame. Pernah nonton film Heart bareng ma Oki dan Zainal. Wah seru deh pas abis nonton. “Ni film kok nyebellin”, “ya gitu deh ceritanya...” dan lain-lain komentarnya.

Well, dah lama ga nonton bareng lagi. Sekarang klo mo ngajak nonton, selalu ada alasannya. Entah itu lagi sibuk apa, dah pernah nonton film itu bareng ma teman-temannya, ato dah janjian ma orang. What’s wrong? Maybe it’s wrong time and situation. Makanya jadi males klo mo ajak nonton. Mending nonton di DVD dah.

Yang enak dari film Heroes itu, bahwa suatu kekurangan menjadi suatu kekuatan. Seperti tokoh Isaac, kekurangan orang ini adalah candu narkoba tetapi dari kecanduan itu dia dapat melihat masa depan. Hal ini (melihat masa depannya) bagus buat menyelamatkan dunia tetapi hal itu merugikan si Isaac sendiri. Begitulah suatu kekurangan menjadi suatu kekuatan.

Barangkali saya adalah calon hero. Kan saya punya kekurangan yang bisa menjadi suatu kekuatan. Lemah pendengaran. Hal ini sangat berguna sekali untuk keadaan tertentu. Pernah terjadi waktu saya SMP melewati sekelompok remaja SMP, kemudian saya dibilangin oleh seorang teman bahwa saya itu diejek-ejek ma kelompok SMP tadi. Alhamdulillah saya ga dengerin ejekan tadi, klo ga entah apa yang terjadi nanti.

Begitu juga pas klo ada hal-hal yang bisa membuat panik, saya malah tenang-tenang aja. Wajarlah itu karena saya ga dengar pengumumannya. Kadang-kadang juga salah dengar, yang akhirnya malah ditertawain orang. Baguslah kan bisa menyemarakkan suasana. Yah begitulah. Hal jeleknya juga ada, saya yakin anda pasti bisa memperkirakannya.

Berkat lemah pendengaran ini, saya menjadi lebih mengerti perasaan orang-orang yang cacat fisik. Bagaimana rasanya diperlakukan orang lain dalam keadaan seperti itu. Selain itu saya rasa, terkadang saat-saat saya harus mendengarkan tetapi tidak bisa mendengar, seperti ada sebuah suara yang menyatakan bahwa dia itu berkata begini. Jadi seperti memperkirakan gitu loh.

Saya yakin itu adalah petunjuk dan bantuan dari Allah. Walau saya kekurangan pendengaran, tetapi saya dibekali hal itu untuk membantu mendengar dengan baik. Emang sih hal itu tak bisa digunakan setiap waktu tetapi setidaknya hal itu sangat membantu. Yah seperti orang buta, kendati tidak bisa melihat tetapi dia memiliki pendengaran yang tajam.

Seandainya klo saya tidak punya kelemahan itu, barangkali saya tidak akan menjadi diri saya sekarang ini. Mungkin saya jadi orang yang sombong. Mungkin saya akan melakukan dosa-dosa yang lebih banyak daripada jika punya kelemahan itu. Yah saya bersyukur punya lemah pendengaran. Kendati cacat, setidaknya saya dapat menjalani hidup ini dengan baik, justru dengan cacat ini malah membantu mengatasi hambatan hidup. Terima kasih ya Allah telah menganugerahi cacat ini. Semoga cacat ini akan menjadi salah satu kebaikanku di dunia ini. Amiin.

Tidak ada komentar: